Cerdas Berbahasa
“Cerdas Berbahasa”, Argumentasi Kompas
Kampus, 28 Oktober 2016
Cerdas
Berbahasa
oleh
Iwan Ridwan
Bulan oktober identik dengan pemuda,
bahasa, dan tanah air. Ini tak terlepas dari gelora Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 yang sampai saat ini terwariskan. Berbicara pemuda dan tanah airnya tentu
“bias” tanpa kehadiran bahasa Indonesia sebagai identitas nasionalnya. Namun,
kita masih dirundung persoalan tentang penggunaan kosakata asing yang kian
marak.
Isu ini menjadi bagian dari
“kesetiaan berbahasa” ditengah derasnya globalisasi. Tak hanya bahasa Indonesia
yang terhegemoni bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, tetapi bahasa daerah
(Sunda, Jawa, Bugis, dsb.) pun terancam jikalau ditinggal penuturnya. Kita
lebih populer dengan istilah mouse, flashdisk, powerpoint,browser, power
bank, blogger, bar code daripada tetikus, diska keras, salindia,
peramban, bank daya, narablog, kode batang. Padahal konstitusi kita
mengamanatkan agar bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi kenegaraan dan
pengembangan iptek dan kebudayaan (UUD 1945 pasal 36, UU Nomor 24 tahun 2009, PP
Nomor 57 tahun 2014). Mulai dari sekarang, kita harus cerdas dalam berbahasa.
Sebisa mungkin dahulukan suatu istilah dalam padanan bahasa Indonesia atau
bahasa daerah. Bukan sebaliknya, mendahulukan bahasa asing daripada bahasa
nasional dan daerah. Alhasil , kita semakin terasing di negeri sendiri.
Waspadalah!
Komentar
Posting Komentar