Cerpen nonFiksi



“Batu Segal Sinabung”
Daerah yang berdampingan dengan gunung memang menyimpan sejuta cerita, salah satunya rawan bencana meletusnya gunung tersebut. Siang itu bencana menyinggahi Gunung Sinabung-Sumatra Utara. Sinabung kembali membangunkan manusia bahwa ia masih hidup dan dapat mengancam kelangsungan hidup umat di sekitarnya. Luapan erupsi serta awan panas terus menutupi keindahan bumi ini, korban demi korban terus berjatuhan seiring rasa frustasi warga yang hanya meratapi rumah-rumah mereka dari kejauhan yakni di posko pengungsian.
Posko pengungsian yang ada, sangat tidak layak untuk dihuni dan jauh dari kondisi nyaman, para pengungsi selalu mengeluhkan perhatian pemerintah yang dianggap tidak simpati kepada mereka. Sehingga banyak dari mereka yang mencoba kembali ke daerah mereka untuk memeriksa rumah mereka dan tak sedikit dari mereka harus mempertaruhkan nyawanya. Di tengah-tengah pengungsi terdapat sosok heroik yang berani menginjakan kakinya di puncak sinabung, yakni teken sembiring.
Sembiring itulah sebutannya, sosok pemberani penginjak puncak sinabung yang akhirnya harus merenggut nyawa di tangan sinabung. Sembiring merupakan salah satu pengungsi erupsi sinabung yang menempati posko pengungsian GBKP Simpang Enam Kabanjahe. Sembiring berasal dari Desa Gurki, desa yang terletak di radius 5 kilometer gunung sinabung. Ia memiliki 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Di Desa Gurki, ia memiliki ladang seluas setengah hektar untuk bercocok tanam kopi. Namun kini ladang dan juga rumahnya pun telah rusak diterjang hujan abu dan awan panas yang dimuntahkan Sinabung.
Sembiring tidak takut dengan Gunung Sinabung yang terus tak berhenti erupsi dan masih berstatus Awas (Level IV). Menurutnya memang untuk yang paling mudah menuju puncak Sinabung dengan melalui desanya. Padahal Desa Gurki merupakan salah satu desa yang berada di wilayah aliran lava Sinabung arah selatan dan tenggara. Sebelum ajal menjemput, ia mencari ikan ke kota Tongging. Kota Tongging merupakan salah satu kota di pesisir utara Danau Toba.

Bersama sejumlah pengungsi di pos pengungsian ia mencari ikan di pesisir utara Danau Toba. Selain dapat menghasilkan ikan untuk variasi makanan, aktivitas ini dijadikan cara untuk mengatasi stres bagi kepala keluarga yang mengungsi. Suatu hari muncul rasa penasaran di hati sembiring untuk melihat langsung keadaan gunung tersebut, kemudian ia ingin pergi ke puncak sinabung entah bisikan dari mana sehingga ia begitu berani melakukan hal itu. Siang itu ia pergi dari posko, namun keluarganya mencegahnya tapi apa daya ia tetap memaksakkan pergi. Dari Desa Gurki, ia menaiki Sinabung hingga ke puncaknya dengan berjalan kaki dengan mengikuti aliran lava hingga ke puncak Sinabung.
Ia tak takut dengan status Sinabung karena sejak kecil pun kerap mendaki gunung itu. Di desanya pun, ia memang dikenal berani dalam mendaki Sinabung. Ia ingin membuktikan kalau Sinabung tak separah yang dibilang pemerintah. Ia juga memberikan usul kepada salah seorang reporter yang kerap bertanya kepadanya bahwa jika ingin menaiki Gunung Sinabung lebih baik dari Desa Gurki. Dari jalur itu, kita dapat melihat kawah Sinabung yang berada di lerengnya.
“Bunyi kawah bukan lagi kita dengar dari atas, tapi ada di bawah kita (dari puncak Sinabung). Batu Segal juga masih berdiri di sana, ucap sembiring”. Batu Segal merupakan batu di puncak Gunung Sinabung yang berbentuk segitiga samasisi yang tingginya sekitar 4 meter. Masyarakat tanah Karo, khususnya yang tinggal di lereng Gunung Sinabung memang memiliki kepercayaan kuno terhadap Batu Segal ini.
Kepercayaan kuno ini yaitu meyakini Gunung Sinabung tidak akan meletus sebelum Batu Segal ini ikut hancur. Kepercayaan ini pula yang diikuti sembiring dan meyakini Gunung Sinabung tak akan berbahaya bagi warganya. Akhirnya, misi menginjak puncak sinabung berhasil. Sayangnya ia tidak bisa kembali ke posko pengungsian karena akhirnya awan panas melahap sembiring dan menewaskan sang superhero sinabung ini. keyakinan sembiring akan batu segal membuatnya harus tewas diterjang awan panas dari Sinabung.
Pagi harinya tersiar kabar bahwa sembiring ikut menjadi korban awan panas. Keluarganya pun sangat kaget mendengar kabar tersebut. Berdasarkan informasi dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, ada 11 orang korban tewas akibat tersapu awan panas Sinabung dan Teken Sembiring adalah salah satunya.
 “Memelihara Jiwa adalah amanah Tuhan yang mesti dijaga, karena harta tidak akan dibawa mati. Amal, ilmu serta anak yang shaleh adalah harta karun yang menyelamatkan manusia ketika menghadap sang Khaliq”.
*dimuat pada antologi cerpen pena indhis 2 maret 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Watermark

Naskah dan Teks

Pengantar teori filologi